DURIAN (seri buah-buahan makanan orangutan)

Selasa, 06 September 2011

DURIAN (seri buah-buahan makanan orangutan)

SERI BUAH-BUAHAN MAKANAN ORANGUTAN   
JENIS - JENIS DURIAN
Oleh : BOIGA (PEH MUDA BBTN BTS)


Hampir semua orang mengenal durian, durian disebut juga sebagai “si Raja Buah” yang berduri, karena selain rasa dan baunya yang “istimewa”, juga merupakan buah yang paling mahal harganya di dunia ini.

Banyak orang bilang, memakan buah durian akan meningkatkan “vitalitas” kaum pria dan  merupakan “obat awet muda”, karena mengandung alkohol dan zat lainnya yang

membuat tubuh menjadi panas dan berkeringat. Namun bagi orang-orang yang mengidap kolestrol tinggi, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung, durian merupakan buah racun pembunuh yang paling ditakuti.

Durian yang biasa kita kenal dan kita makan adalah Durio zibethinus Murr., dari suku (Family) Bombacaceae atau randu-randuan dan dari bangsa (Ordo) Malvales atau kapas-kapasan (Annonymous, 1977; Keβler & Sidiyasa, 1994). Durio artinya durian (buah berduri) atau duren atau kadu, sedangkan zibethinus artinya “bau musang”, jadi Durio zibethinus itu berarti buah berduri yang baunya mirip bau musang (Setiadi, 1992).

Penyebaran pohon durian ini di Indonesia berasal dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku (Rismunandar, 1986; Nuswamarhaeni et al, 1991; Setiadi, 1992;Keβler & Sidiyasa, 1994). Sedangkan penyebaran durian di dunia berasal dari Srilangka, India, Pakistan, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Indocina, Malaysia, Indonesia, hingga Philipina (Annonymous, 1977; Rismunandar, 1986; Nuswamarhaeni et al, 1991; Setiadi, 1992; Keβler & Sidiyasa, 1994).

Durio zibethinus ini sendiri terdiri dari berbagai varietas dan kultivar yang sudah dimulyakan atau dikawin silangkan, misalnya durian petruk, durian sunan, durian sukun,durian monthong, durian parung, durian rancamaya, durian sikani, durian simas, durian sitokong, durian gobang, durian simanalagi, durian buaya, durian kukusan, durian tambun, durian batin emas, durian mas, durian aseupan, durian gempolan, durian jatipadang, durian jatirejo, durian kendil, durian kijang, durian mitra, durian siketan, durian sibantal, durian dahlan, durian melak, durian long iram, durian long bagun, dan lain-lain (Rismunandar, 1986; Nuswamarhaeni et al, 1991; Setiadi, 1992; Keβler & Sidiyasa, 1994).

Namun demikan, durian ini sebenarnya masih banyak memiliki jenis-jenis (species) lainnya yang masih asli (belum dikawin silangkan) dan alami di hutan tropis kita.

Menurut informasi dari LIPI dan Badan Dunia lainnya, keaneragaman jenis-jenis durian yang paling banyak di dunia ini adalah di hutan Kalimantan (di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam).

 Gb 1. Durian Batin Emas Terbesar (15 Kg)



Namun sayang di antara semua jenis-jenis durian alami yang ada di Indonesia ini,khususnya di hutan Sumatera dan Kalimantan sudah semakin berkurang dengan punahnya beberapa jenis diantaranya akibat illegal logging, perambahan hutan secara liar, pembakaran hutan, konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, transmigrasi, perumahan, perkantoran, pabrik, dan lain-lain.

Berikut ini, saya akan memperkenalkan beberapa jenis durian alami dan unik yang pernah saya jumpai dan rasakan, ketika saya bekerja di Kalimantan Timur selama kurang lebih 20 tahun.




Sepintas, durian kura-kura ini tidak ada bedanya dengan durian biasa (D. zibethinus), baik ukuran,bentuk, warna kulit buah, duri, hingga bau dan rasa daging buahnya, kecuali bijinya yang kecil-kecil.

Ciri utama dari durian kura-kura ini, buahnya selalu muncul tidak lebih dari 1 meter pada batangnya dari permukaan tanah, sehingga sangat mudah bagi kita untuk melihat dari dekat maupun memetik buah durian kura-kura ini dari pohonnya.

Selain itu, duri buahnya besar-besar dan pendek, sehingga mirip dengan batok/tempurung kura-kura.

Buah durian kura-kura yang masak, kulit buahnya berwarna kuning sama dengan D. zibethinus, namun akan terlihat beda bentuk dan ukuran durinya yang pendek & besar-besar.

Gbr 2. Buah Durian Kura-Kura (Durio testudinarum Becc.) yang sudah masak
Pohon durian kura-kura merupakan tumbuhan dataran rendah hingga pererbukitan di hutan Dipterocarpaceae, dan merupakan jenis endemik pulau Kalimantan. Namun di Brunei Darussalam, pohon durian kura-kura ini banyak dibudidayakan penduduk lokal (Jansen et al, 1992; Yap et al, 1995).



D. kutejensis lebih dikenal sebagai buah lai, sepintas buah ini mirip buah D.zibethinus, tapi kalau dilihat dari dekat akan jelas terlihat perbedaannya.

Bentuk buah lai umumnya lonjong dan berlekuk seperti buah belimbing,
walaupun ada beberapa varietas lai yang bentuk buahnya bulat atau lonjong seperti D. zibethinus.

Kulit buah lai yang masih mentah berwarna hijau muda atau kuning pucat, namun buah yang masak akan berwarna kuning. Bentuk dan ukuran duri buah lai mirip dengan D. zibethinus, namun durinya lembek dan tidak tajam. Warna daging buahnya kuning hingga oranye, namun rasanya seperti kue, tidak mengandung alkohol, dan juga tidak berbau durian.
Gambar 3. Buah Lai (Durio kutejensis (Hassk.) Becc.) yang Masak

Pohon lai merupakan pohon jenis durian yang paling mudah untuk dibedakan dengan pohon dari jenis-jenis durian lainnya walaupun dari kejauhan, karena ukuran daunnya yang paling besar diantara semua daun dari jenis durian lainnya (panjang 20 – 30 cm, lebar 8 – 10 cm).

Pohon lai merupakan tumbuhan dataran rendah endemik yang hanya ada di pulau Kalimantan saja, dan tidak ada di tempat-tempat lain di Indonesia, namun banyak yang dibudidayakan penduduk lokal (Keβler & Sidiyasa, 1994).


Buah tabelak adalah jenis durian yang daging buahnya berwarna merah gelap, pink, jingga, hingga oranye, bentuk buahnya bulat hingga lonjong
dengan diameter 15 – 20 cm, warna kulit buahnya mirip durian biasa, durinya panjang-panjang (3 – 4 cm), daging buahnya sangat lembut dan manis legit rasanya, baunya tidak begitu menyengat, dan kadar alkoholnya tidak begitu banyak.

Kini keberadaan pohon tabelak di Indonesia sudah hampir punah, karena sangat sulit sekali untuk dijumpai di dalam hutan Kalimantan.


Penduduk cenderung untuk menebang pohonnya sekaligus, hanya sekedar untuk mengambil dan memanen buahnya saja.

Gambar 4. Buah Tabelak (Durio graveolensBecc.) yang Masak
Sedangkan di Malaysia, pohon tabelak ini selain sudah dilestarikan, juga sudah dikawin silang dan dimulyakan, sehingga Malaysia sudah memiliki beberapa varietas dan kultivarnya yang unggul. Sedangkan di Indonesia, kita hanya tinggal menonton dan menunggu waktu kepunahannya saja, karena belum ada usaha yang nyata untuk melestarikan dan membudiyakan jenis pohon durian istimewa ini.

Pohon tabelak merupakan tumbuhan dataran rendah di hutan primer yang penyebarannya adalah mulai dari Semenanjung Malaysia, Sumatera, hingga Kalimantan (Keβler & Sidiyasa, 1994).

Buah kerantungan bentuknya bulat seperti bola dengan diameter sekitar 10 – 15 cm saja, durinya panjan-panjang (3 – 4 cm), warna kulit buahnya selalu hijau dan tidak pernah kuning, buah yang masak dan jatuh ke tanah lama baru akan merekah, buahnya tidak berbau dan mengandung alkohol yang cukup tinggi, daging buahnya berwarna mentega dan manis legit rasanya.

Kini keberadaan pohon-pohon kerantungan di Indonesia sudah jarang sekali dijumpai di dalam hutan Kalimantan. Penduduk cenderung untuk menebang pohonnya sekaligus, hanya sekedar untuk mengambil dan memanen buahnya saja.

Gambar 5. Buah Kerantungan (Durio oxleyanusGriff.yang Masak
Jika ada penjual buah kerantungan, maka harganyapun murah sekali, yaitu 1/4 - 1/3 dari harga durian biasa (D. zibethinus), padahal rasanya tidak kalah lezat dari buah durian. Sebenarnya pohon kerantungan ini memiliki potensi yang sangat baik untuk dibudidayakan, dikembangkan, dan dikawin silangkan di Indonesia.

Pohon kerantungan merupakan tumbuhan dataran rendah hutan primer, banyak tumbuh dekat sungai-sungai, dan penyebarannya mulai dari Semenanjung Malaysia, Sumatera, hingga Kalimantan (Keβler & Sidiyasa, 1994).

Buah lahung secara fisik (bentuk, ukuran buah, dan bentuk durinya) mirip dengan kerantungan (D. oxleyanus). Namun kulit buah lahung berwarna merah, daging buahnya tipis berwarna emas atau kuning pucat, rasa daging buahnya hambar, dan baunya mirip dengan bau vagina wanita. Oleh karena itu buah ini dinamakan “lahung” yang dalam bahasa Banjar, artinya “pelacur = lonte”.

Kalupun ada yang menjual buah lahung ini, harganya dapat dipastikan lebih murah dari harga buah kerantungan, karena tidak banyak orang yang suka dengan buah lahung tersebut, karena selain daging buahnya tipis, rasanya hambar, juga baunya sangat tidak enak sekali.

Kini keberadaan pohon-pohon lahung di Indonesia sudah jarang sekali dijumpai di dalam hutan Kalimantan. Penduduk cenderung untuk menebang pohonnya sekaligus, hanya sekedar untuk mengambil dan memanen buahnya saja.

Gambar 6. Buah Lahung (Durio dulcis Becc.) yang Masak
Buah lahung ini sebenarnya memiliki penampilan yang unik dan menarik, karena warna kulit buahnya yang merah menyala dan durinya yang panjang. Jika dikawin silangkan dengan jenis-jenis durian lainnya, tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan jenis kultivar unggul yang memiliki penampilan yang menarik,ukuran yang besar, bau yang enak namun tidak menyengat, serta daging buah yang tebal dan rasanya enak sekali.

Pohon lahung ini merupakan tumbuhan dataran rendah endemik yang hanya ada di pulau Kalimantan saja, dan tidak ada di tempat-tempat lain di Indonesia (Keβler & Sidiyasa, 1994).

PENUTUP

Demikian sekilas info tentang beberapa jenis durian unik di Indonesia, namun demikian saya akan melanjutkan kembali dengan info beberapa jenis durian unik di Indonesia lainnya pada Buletin Edisi berikutnya, dengan cerita yang lebih seru dan menarik lagi.

Diharapkan dari tulisan ini, akan menggugah para pembaca untuk lebih mencintai, melestarikan, dan mengembangkan jenis-jenis pohon durian yang ada di Indonesia ini. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, Indonesia memiliki potensi sumberdaya jenis-jenis pohon durian yang luar biasa. Oleh karena itu, jangan sampai kita hanya dapat melihat dan menunggu kepunahan potensi sumberdaya jenis-jenis potensi pohon durian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Annonymous. 1977. Jenis-Jenis Kayu Indonesia. LBN 3. SDE 36. Lembaga Biologi – LIPI.
Brown, M.J. 1997. Durio — A Bibliographic Review. International Plant Genetic Resources Institute. ISBN 92-9043-318-3
Jansen, P.C.M., Jukema, J., Oyen, L.P.A. & van Lingen, T.G. 1992. Durio testudinarum Becc. In Coronel, R.E. & Verheij, E.W.M. (Eds.): Plant Resources of South-East Asia No 2. Edible fruits and nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp 331.
Keβler, P.J.A. & K. Sidiyasa. 1994. Trees of Balikpapan – Samarinda Area, East Kalimantan, Indonesia. Series 7. The Tropenbos Foundation.
Wageningen, The Netherlands.
Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, I. and Wong, W.C. (eds). 1995. Timber Trees: Major Commercial Timbers (Plant Resources in South-East Asia, No. 5[2]). Backhuys Publishers, Leiden.
Li Hen. 1984. Bombacaceae. In: Feng Kuo-mei, ed., Fl. Reipubl. Popularis Sin. 49(2): 102-112.
Morton, J. F.1987. Fruits of Warm Climates. Florida Flair Books. ISBN 0-9610184-1-0
Nuswamarhaeni, S., D. Prihatini, & E.P. Pohan. 1991. Mengenal Buah Unggul Indonesia. Cetakan III. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rismunandar. 1986. Mengenal Tanaman Buah-Buahan. Cetakan I. CV. Sinar Baru. Bandung.
Setiadi. 1992. Bertanam Durian. Cetakan VII. Penebar Swadaya. Jakarta.
Whitmore, T.C., Tantra, I.G.M. and Sutisna, U. (eds) 1989. Tree Flora of Indonesia.
Forest Research and Development Centre, Bogor, Indonesia.
Yap, S.K., et al. 1995. Durio Adans. In Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, I. & Wong,
W.C. (Eds.): Plant Resources of South-East Asia No 5(2). Timber trees:
Minor commercial timbers. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. ppm215-225.