Selasa, 13 November 2012

Perbedaan Orangutan Sumatera dengan Orangutan Kalmantan

Perbedaan Orangutan Kalimantan dan Sumatera, Walaupun sama sama menyandang nama Orangutan ternyata orangutan sumatera dan Kaimantan mempunyai beberapa perbedaan diantaranya :


Nama Latin
Orangutan Sumatera mempunyai nama latin Pongo abelii sedangkan Orangutan Kaimantan Pongo pygmaeus

Jenis
Orangutan Sumatera hanya terdiri dari 1 Spesies yaitu  Pongo abelii sedangkan Orangutan Kaimantan terbagi menjadi 3 sub spesies  Pongo pygmaeus-pygmaeus, Pongo pygmaeus wurmbi, dan Pongo pygmaeus morio

Ukuran
Orangutan Sumatera terlihat lebih kecil dibanding Orangutan Kaimantan

Warna
Orangutan Sumatera mempunyai warna lebih terang (Orange) sedangkan Orangutan Kaimantan berwarna lebih gelap (cenderung coklat)

Makanan
Orangutan Sumatera sangat tergantung pada buah-buahan sedangkan orangutan kaimantan makanannya lebih variasi. kalo dilihat dari hukum sebab akibat, di sumatera musim buah dan panen raya buah-buahan dalam hutan lebih lama dan kontinue dibandingkan dengan kondisi hutan kaimantan. jadi orangutan kalimantan lebih surviev dibandingkan orangutan kaimantan dalam soal makanan

Cara Hidup
Orangutan Sumatera menghabiskan hidupnya diatas pohon sedangkan orangutan Kalimantan suka berjaan di antai hutan terutama jika orangutan berjenis keamin Jantan dewasa
Para ahli menarik kesimpulan dari keberadaan predator. di Sumatera terdapat Harimau sedangkan Kalimantan tidak ditemukan harimau sehingga dari segi keamanan jalan dilantai hutan lebih aman untuk di daerah hutan kaimantan dibandingkan dengan daerah sumatera

Hubungan 

Orangutan Sumatera lebih sosial dibandingkan Orangutan Kalimantan



Senin, 12 November 2012

Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)

Orangutan Kalimantan Nama Latin: Pongo pygmaeus

Berdasarkan studi genetika dari orangutan Borneo,terdapat tiga sub-spesies orangutan yang telah diidentifikasi, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus yang ditemukan di barat laut Borneo, Pongo pygmaeus wurmbii di Borneo bagian tengah, dan Pongo pygmaeus morio di timur laut Borneo. Dari ketiga sub-spesies orangutan Borneo tersebut, P.p. wurmbii merupakan sub-spesies dengan ukuran tubuh relatif paling besar, sementara P.p. morio adalah sub-spesies dengan ukuran tubuh relatif paling kecil.

Pada tahun 2004, ilmuan memperkirakan bahwa total populasi orangutan di Pulau Borneo, baik di wilayah Indonesia maupun Malaysia terdapat sekitar 54 ribu individu. Diantara ketiga sub-spesies orangutan Borneo tersebut, P.p. pygmaeus merupakan sub-spesies yang paling sedikit dan terancam kepunahan, dengan estimasi jumlah populasi sebesar 3,000 hingga 4,500 individu di Kalimantan Barat dan sedikit di Sarawak, atau kurang dari 8% dari jumlah total populasi orangutan Borneo.

Deskripsi Fisik Orangutan Kalimantan
Orangutan Borneo adalah bagian dari keluarga besar kera dan merupakan mamalia arboreal terbesar.
Satwa ini memiliki rambut panjang dan kusut berwarna merah gelap kecoklatan, dengan warna pada bagian wajah mulai dari merah muda, merah, hingga hitam.
Berat orangutan Borneo jantan dewasa bisa mencapai 50 hingga 90 kg dan tinggi badan 1,25 hingga 1,5 m. Sementara jantan betina memiliki berat 30 - 50 kg dan tinggi 1 m.
Bagian tubuh seperti lengan yang panjang tidak hanya berfungsi untuk meraih makanan seperti buah-buahan, tetapi juga untuk berayun dari satu pohon ke pohon lainnya, menggunakan jangkauan dan kaki untuk pegangan yang kuat.
Pelipis seperti bantal yang dimiliki oleh orangutan Borneo jantan dewasa membuat wajah satwa ini terlihat lebih besar. Akan tetapi, tidak semua orangutan Borneo jantan dewasa memiliki pelipis seperti bantal.
Jakun yang dimiliki dapat digelembungkan untuk menghasilkan suara keras, yang digunakan untuk memanggil dan memberitahu keberadaan mereka.

Ekologi dan Habitat Orangutan Kalimantan
Orangutan Borneo lebih banyak ditemukan di hutan dataran rendah (di bawah 500 m diatas permukaan laut) dibandingkan di dataran tinggi. Hutan dan lahan gambut merupakan pusat dari daerah jelajah orangutan, karena lebih banyak menghasilkan tanaman berbuah besar dibandingkan dengan hutan Dipterocarpaceae yang kering dan banyak mempunyai pohon-pohon tinggi berkayu besar, seperti keruing. Orangutan borneo sangat rentan dengan gangguan-gangguan di habitatnya, meskipun P.p. morio menunjukkan toleransi yang relatif tak terduga mengenai degradasi habitat di bagian utara Pulau Borneo.

Ancaman
Semua sub-spesies orangutan Borneo adalah spesies langka dan sepenuhnya dilindungi oleh perundang-undangan Indonesia. Spesies ini diklasifikasikan oleh CITES ke dalam kategori Appendix I (species yang dilarang untuk perdagangan komersial internasional karena sangat rentan terhadap kepunahan). Beberapa ancaman utama yang dihadapi oleh orangutan Borneo adalah kehilangan habitat, pembalakan liar, kebakaran hutan, perburuan dan perdagangan orangutan untuk menjadi satwa peliharaan. Dalam satu dekade terakhir, di tiap tahunnya, paling tidak terdapat 1,2 juta ha kawasan hutan di Indonesia telah digunakan untuk aktivitas-aktivitas penebangan berskala besar, pembalakan liar, serta konversi hutan untuk pertanian, perkebunan, pertambangan, dan pemukiman. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh fenomena iklim seperti badai El Nino dan musim kering yang berkepanjangan juga mengakibatkan berkurangnya populasi orangutan. Selama 2o tahun terakhir, habitat orangutan Borneo berkurang paling tidak sekitar 55 %

Minggu, 11 November 2012

Kehebatan Orangutan dalam membangun sarang


Kemampuan Membangun Sarang pada Orangutan Setara Burung
Orangutan selektif memilih jenis cabang pohon yang membuat sarang mereka kuat dan nyaman.

Dalam membangun sarang, orangutan memamerkan tingkatan pengetahuan teknik yang setara dengan burung yang paling canggih.

Orangutan membuat sarang yang besar dan oval di kanopi hutan (pohon tertinggi) tempat mereka setiap malam tidur di sana.

Penelitian setahun terhadap belasan sarang orangutan di pulau Sumatra, Indonesia, saat ini memperlihatkan bahwa binatang ini memilih tipe pohon dengan batang yang kuat, kaku, untuk membentuk bagian-bagian struktural yang mendukung berat mereka. Orangutan betina biasanya memiliki berat 50 kg sementara yang jantan bisa mencapai 120-an kg.

Cabang pohon yang lebih lemah dan lentur digunakan untuk lapisan, yang dipilih orangutan dengan cara mengukur diameter dan kekakuannya.

Sementara tongkat-tongkat dipilih sebagai bingkai yang dengan cerdasnya ditempatkan saling silang untuk bisa tersangkut sempurna.

Temuan yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences memperlihatkan bahwa orangutan menggunakan pengetahuan tentang berbagai macam jenis cabang dan ranting untuk membuat sarang yang kuat dan nyaman.

Menurut ahli biologi Dr Roland Ennos dari Universitas Manchester, Inggris, orangutan seperti burung yang kemungkinan memiliki kemampuan layaknya insinyur. 

Orangutan membangun sarang untuk perlindungan dari predator sekaligus menghangatkan mereka sebelum sinar matahari muncul. Mereka membangunnya dekat sumber makanan yang biasanya mereka kunjungi saat siang hari dengan cara membengkokkan dahan untuk mencapainya.

Sarang dibangun setinggi 18 meter hingga 27 meter. Cabang dan ranting yang dipilih, dites dengan cara digantungi untuk memastikan kekuatannya. Sesekali mereka menggunakan dedaunan sebagai atap untuk melindungi mereka dari hujan.

Penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa binatang ini cerdas, terlihat dari cara mereka menggunakan dedaunan sebagai payung juga sebagai wadah menampung air untuk diminum.

“Penelitian ini memperlihatkan bahwa sarang yang dibangun burung maupun primata membutuhkan tingkat kemampuan kognitif,” ujar Dr. Ennos.



Penulis: Dailymail/ Dewi Ria Utari  sumber http://www.beritasatu.com

Kontruksi Sarang Orangutan Jadi Infirasi


LONDON—Cara orangutan membangun sarang menginspirasi sejumlah peneliti dunia. Para ilmuwan percaya orangutan menggunakan “ilmu teknik mesin canggih” untuk mambangun sarangnya.

Para peneliti dari Inggris datang ke Sumatera khusus untuk mempelajari hal itu. Mereka menemukan sejumlah konstruksi sarang orangutan. Sarang itu dibuat dari dahan-dahan pohon yang dibengkokkan. Posisinya berada di atas pohon.

Dahan-dahan besar dibengkokkan untuk membangun struktur sarang. Dahan-dahan yang lebih kecil dibengkokkan mengelilingi struktur tersebut untuk membuat sarang lebih nyaman.

“Jelas sekali, orangutan paham bagaimana membangun sarang yang baik dengan konsep mekanika,” ujar peneliti dari University of Manchester, Adam van Casteren seperti dilansir PlanetEarth.nerc.ac.uk, Selasa (17/4) waktu setempat.

Dengan mempelajari hal tersebut peneliti yakin dapat mengungkap rahasia evelosi manusia dalam hal penggunaan teknologi. Penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. (ali)


sumber http://www.solopos.com

Orangutan adalah


Nama Lokal : Orangutan Kalimantan
Nama Latin : Pongo pygmaesus morio
Nama Inggris : Bornean Orangutan

A.    Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Hominidae
Genus : Pongo
Species : Pongo pygmaeus morio

B.     Ciri- Ciri
Orangutan kalimantan memiliki morfologi yang tidak bebeda jauh dengan orangutan sumatera.Orangutan merupakan hewan diurnal (aktif di siang hari) dan aboreal , hewan ini memiliki tubuh gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan kuat, kaki yang pendek dan tertunduk serta tidak memiliki ekor. Tubuh Orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka juga memiliki kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi. Pejantan orangutan kalimantan memiliki benjolan dari jaringan lemak di kedua sisi wajah yang mulai berkembang di masa dewasa setelah perkawinan pertama. Orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk.
Mereka memiliki indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap dan peraba. Telapak tangan mereka terdiri dari empat panjang ditambah dengan satu ibu jari.Telapak kaki mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia. Orangutan jantan berukuran 100- 114 cm dengan berat tubuh maksimal 90kg, dan orangutan betina berukuran 80-100 cm dengan berat tubuh sekitar 56kg. Masa hidup diperkirakan hingga 56 tahun jika dalam perlindungan ataupun perawatan dan 35-45 tahun jika di alam bebas.

C.    Persebaran dan Status Konservasi
Satwa ini hidup endemik di Pulau Kalimantan, mencakup wilayah Indonesia dan Malaysia. Subspesies Pongo pygmaeus pygmaeus (Northwest Bornean Orangutan) dapat ditemukan di Serawak (Malaysia) dan Kalimantan bagian barat laut. Subspesies Pongo pygmaeus wurmbii (Central Bornean Orangutan) terdapat di Kalimantan Tengah dan bagian selatan kalimantan Barat. Sedangkan subspesies Pongo pygmaeus morio (Northeast Bornean Orangutan) dijumpai di Kalimantan Timur (Indonesia) dan Sabah (Malaysia).
Status Konservasi : IUCN Redlist memasukkan orangutan kalimantan dalam status endangered (terancam) sejak tahun 1994. Sedangkan CITES memasukkannya dalam daftar Apendiks I yang berarti tidak boleh diperdagangkan. Pemerintah Indonesia juga telah memasukkan spesies ini sebagai satwa yang dilindungi. Hal ini disebabkan populasi orangutan kalimantan yang semakin hari mengalami penurunan akibat dari rusaknya habitat (kerusakan hutan), kebakaran hutan, pembalakan hutan, menciutnya luas hutan, serta perburuan dan perdagangan liar.

D.    Habitat
Habitat Orangutan Kalimantan ini adalah  di daerah hutan hujan tropis yang ada di Pulau Kalimantan, di daerah dataran rendah hingga daerah pegunungan dengan ketinggian 1.500 meter dpl. Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan.

E.     Makanan
Meskipun Orangutan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari mereka hanya memakan tumbuhan. Makanan kesukaan Orangutan ini adalah buah-buahan. Makanan yang lainnya adalah daun-daunan, biji-bijian, kulit kayu, tunas tanaman (yang lunak), bunga-bungaan. Selain itu mereka juga memakan serangga dan hewan-hewan kecil lainnya (seperti burung dan mamalia kecil). Orangutan bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum. Mereka biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang diantara cabang pohon.

F.     Reproduksi
Orangutan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lamakandungan berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orangutan dapat hidup mandiri pada usia 6-7 tahun. Kebergantungan orangutan pada induknya merupakan yang terlama dari semua hewan, karena ada banyak hal yang harus dipelajari untuk bisa bertahan hidup, mereka biasanya dipelihara hingga berusia 6 tahun.
Orangutan berkembangbiak lebih lama dibandingkan hewan primata lainnya, orangutan betina hanya melahirkan seekor anak setiap 7-8 tahun sekali. Umur orangutan di alam liar sekitar 45 tahun, dan sepanjang gidupnya orangutan betina hanya memiliki 3 keturunan seumur hidupnya. Dimana itu berarti reproduksi orangutan sangat lambat. Hal ini jugalah yang membuat jumlah orangutan di alam sangat sedikit dan menjadi salah satu satwa yang dilindungi.






http://www.scribd.com/doc/62902078/Zoologi-Primata repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25580/.../Chapter%20II.pdf www.unep.org/grasp/docs/Orangutan.pdf,

APA YANG DIMAKAN ORANGUTAN DIHUTAN?


Orangutan tergolong Omnivora. Orangutan memakan hampir sebagian besar jenis buah-buahan yang terdapat di dalam hutan (60% makanan orangutan adalah buah-buahan, seperti : rambutan, mangga, durian, manggis, duku, dan sebagainya). Selain buah-buahan sebagai makanan pokok, sumber makanan lainnya adalah daun-daunan, kulit kayu, tunas muda, bunga-bungaan, serta beberapa jenis serangga seperti rayap dan semut pohon. Berdasarkan pengamatan orangutan juga dapat memakan daging. Biasanya mereka memakan daging siamang atau monyet yang telah mati.

Untuk mendapatkan air, mereka melubangi bagian batang pepohonan yang berguna untuk manampung air hujan dan meminumnya dengan cara menghirup dari pergelangan tangannya. Orangutan juga mengambil makanan yang berupa mineral dari dalam tanah, namun dalam jumlah yang sangat sedikit.

MORFOLOGI ORANGUTAN SUMATERA


Di Indonesia terdapat 2 daerah yang ada dijumpai oranutannya yaitu di sumatera dan di Kalimantan, berikut ini morfologi Orangutan yang ada di Kalimantan

Tinggi
Jantan : 120 – 150 cm
Betina : 100 – 120 cm

Berat
Jantan : 50 – 90 kg (di alam liar); sedangkan di karantina dapat mencapai 120 kg atau lebih.
Betina : 30 – 60 kg

Panjang Lengan, 60 – 90 cm atau 2/3 (dua per tiga) dari tinggi badan.

Warna Tubuh
Kemerah-merahan hingga coklat kehitam-hitaman, janggut pada Orangutan Sumatera (jantan) berwarna merah hingga jingga.

Tampilan Fisik
Tampilan wajah : sekitar mata tidak berbulu dan mempunyai telinga yang kecil. Memiliki tubuh yang tinggi, bulu/rambut yang kusut, dan lengan yang panjang. Bentuk tangan dan kaki kecil memanjang, sesuai untuk memegang cabang-cabang pohon. Jempol tangan yang pendek sangat mendukung fungsinya yang seperti gancu untuk membuka buah. Daging di sekitar pipi orangutan jantan dewasa (cheek pad) akan berkembang mulai dari umur 8 tahun atau 15 tahun hingga umur 20 tahun.